Minggu, 17 Oktober 2010

Sabtu, 16 Oktober 2010

First Award!

Dapat award pertama nih, dari Dira. Liat yuk, kayak apa sih awadnya! Cekidot...

 
Bagus kan award-nya? Makasih banget lho.. Karena blog ini masih pertama ya... ^^

gaje gaje blh kan? gk blh gk ush di baca

 
Di bawah kaki gunung Palura hidup seorang ibu dan anak perempuannya yang menginjak menjadi seorang gadis. Asih nama gadis yang tumbuh menjadi seorang yang jelita. Dia satu-satunya kekayaan bagi Ibu Larsih, setelah suaminya meninggal karena wabah penyakit yang menyerang desa mereka. Asih masih sangat kecil waktu ditinggal bapaknya dan semenjak itu ibu Larsih berjuang dengan sekuat tenaga untuk bisa menghidupi dia dan anaknya.
Untunglah dia mempunyai kesaktian yang tidak dimiliki oleh orang lain. Ketika muda ibu Larsih mendapat anugerah dari Yang Maha Kuasa mempunyai kepandaian keputrian karena dia seorang yang sangat rajin dan baik budi, dan kepandaian ini hanya bisa diberikan pada keturunannya , jika itu dilakukan dan sudah berpindah dia sendiri kehilangan kepandaiannya.
Asih amat disayang dan dimanja, apa yang jadi permintaannya pasti dikabulkan walau dengan susah payah. Bahkan kerap kali ibu Larsih bekerja sendiri karena Asih lebih suka bermain dan bersolek dari pada membantu ibunya bekerja. Tapi hal ini tidak pernah membuat ibu Larsih marah dan mengeluh karena beliau sudah berjanji pada mendiang suaminya akan menjaga anak semata wayang mereka.
Sementara di negeri seberang, Negeri Sembilan seorang pangeran sedang bingung memilih calon istri, maka di sebarlah pengumuman ke mana-mana, bagi setiap anak gadis tanpa memandang dari kalangan manapun dapat mengikuti sayembara yang diadakan oleh pangeran Bara. Syarat sayembara yang dicantumkan tidaklah mudah, karena pangeran menginginkan seorang pendamping yang selain cantik juga harus pandai memasak dan menjahit layaknya wanita sejati.
Gadis-gadis menyambut antusias, berita sayembara pun berhembus hingga desa Palura. Asih pun mempunyai keinginan yang sama untuk mengikuti sayembara tersebut.
“Ibu aku ingin mengikuti sayembara Pangeran Bara…” kata Asih menjelang tidur…”siapa tahu kehidupan kita akan berubah…” lanjutnya.
“Asih, ibu setuju saja tapi syarat dari sayembara itu berat, kamu sendiri tidak pernah membantu memasak dan menjahit …”kata ibu Larsih.
“Asih tahu Ibu, tolong Asih biar bisa seperti ibu…sehingga Asih bisa bersaing dengan para peserta sayembara. Kalau Asih bisa lolos dari sayembara ini, kita bisa hidup enak, Ibu tidak perlu banting tulang lagi…” keluh Asih.
Kemudian Ibu larsih berfikir, dia teringat pesan ketika menerima kesaktian…”Kesaktian Ibu dalam hal keputrian hanya bisa di berikan pada keturunanmu…”
“ Ah mungkin ini saatnya aku harus melepaskan kesaktian aku dan aku berikan pada anak semata wayangku…, toh aku sudah tua dan aku ingin menikmati masa tuaku berbahagia dengan putriku…”
“ Nak bangunlah…” kata ibu Larsih membangunkan Asih.
“Ada apa ibu…, aku ngantuk sekali…” kata Asih.
“Bangunlah aku akan memberikan kesaktianku , bukankah kau ingin mengikuti sayembara pangeran Bara?”
“Benarkah Ibu…?” wajaha Asih langsung ceria.
“Ketahuilah Nak, Ibu sudah rela melepaskan kesaktian ini padamu, ikutilah sayembara tersebut karena besok kamu sudah pasti sangat ahli menjahit dan memasak seperti Ibu.
Ibu Larsih memegang kepala Asih dan berdoa untuk memindahkan kesaktiannya.
Pagi sekali Larsih sudah berangkat untuk mengikuti sayembara Pangeran Bara, diiringi doa ibunya…”Hati-hati Nak…kabari Ibu kalau sudah selesai…” kata Ibu Larsih dengan berlinang air mata, rasanya berat melepas anak semata wayangnya.
Banyak sekali gadis-gadis yang mengikuti sayembara, Asih merasa heran dengan kepandaian mendadak yang dia miliki, dia begitu mahir memasak dan menjahit…padahal selama ini dia tidak pernah mengerjakannya.
Banyak yang terkagum-kagum dengan kepandaiannya, bahkan Pangeran Bara pun langsung jatuh hati, karena selain cantik apa yang diharapkan dari calon istri ada semua pada diri Asih.
Keinginan Asih menjadi kenyataan, Pangeran bara menyuntingnya untuk menjadi permaisuri dan sudah pasti ia hidup bahagia dengan limpahan harta apalagi Pangeran bara amat memanjakannya.
Kebahagiaan yang dirasakan membuat dia lupa akan ibunya yang tidak berdaya karena sudah tua dan tidak bisa bekerja lagi, semenjak kesaktiannya di berikan ke Asih. Meskipun begitu ibu selalu mendoakan Asih akan kembali dan menjemputnya, tetapi apa yang dinanti tak kunjung datang. Jangankan untuk menengok, mengingat Ibu dan kehidupannya yang dulu Asih malu untuk mengakuinya. Di hadapan Pangeran Bara Asih tidak mau mengakui memiliki seorang ibu, dia lebih baik mengatakan kalo ibunya sudah tiada.
Kerinduan Ibu Larsih sudah tidak tertahan lagi, dengan sisa kekuatan dan bekal yang apa adanya ibu Larsih mencari buah hatinya.
Sampai akhirnya ibu Larsih menginjakan kaki di negeri Sembilan diamana Asih menjadi permaisuri dari pangeran Bara.
“Pengawal yang baik budi, ijinkanlah aku menemui anakku Asih, aku sangat merindukannya…”iba Ibu Larsih kepada penjaga gerbang istana.
“Benarkah Ibu ini, Ibu dari permaisuri Asih?” Tanya pengawal yang keheranan.
“Iya …” jawab Ibu Larsih lemah.
“Baiklah, tunggu sebentar saya akan sampaikan kepada permaisuri Asih…tunggulah di sini” jawab pengawal istana.
Belum sempat pengawal melapor, tiba-tiba permaisuri Asih sudah berdiri dan berteriak…”Pengawal usir wanita tua itu kalau perlu seret ke penjara, berani-beraninya dia mengaku sebagai ibuku! Ibuku sudah meninggal dunia sejak aku lahir…!!” dan jangan sampai istana ini dikotori wanita tua! Gembel! Jangan sampe Pangeran Bara tahu ada tamu tak di undang!” teriak Permaisuri Asih.
Pengawal istana langsung menyeret Ibu Larsih dengan kasar tanpa memperdulikan ratapannya…”Asih aku ibu mu yang membesarkanmu…Ibu sangat merindukanmu…” tangis Ibu Larsih menyayat hati.
Betapa pilu hati Ibu Larsih, pengorbanan selama ini di balas dengan empedu yang sangat pahit, segala yang ia punya sudah di berikan pada putrinya tetapi balasan yang di peroleh dari buah hatinya…”Yang Pengasih berikan pelajaran dan keadilan buat putriku…” doa Ibu Larsih.
Sepekan setelah peristiwa itu, tanpa sebab apapun tiba-tiba kulit Permaisuri Asih yang mulus mengeluarkan sisik dan bercak-bercak serta bau yang sangat menusuk sangat menjijikan, sampai-sampai pangeran Bara mengungsikan ke kamar khusus karena banyak yang pingsan tidak tahan dengan aroma yang menusuk keluar dari tubuh permaisuri.
“Dosa apa yang telah kamu lakukan Permaisuriku…., hingga sakit yang kau derita tidak ada satupun tabib yang bisa menyembuhkan…?” kata pangeran Bara yang merasa putus asa, karena tabib tersakti kerajaan pun menyerah.
“Pangeran tolong temukan hamba dengan ibu hamba, hamba sudah durhaka dan menyakiti hatinya….hamba sudah tega mengusirnya sewaktu beliau datang ke istana ini…” tangis permaisuri Asih.
Pangeran Bara langsung memerintahkan pengawal-pengawalnya istana untuk menyebar mencari ibu Larsih, dengan segala usaha akhirnya mereka dapat menemukannya ibu yang sangat renta di pinggir negeri Sembilan dan membawanya masuk ke istana untuk bertemu denganpPermaisuri Asih.
“Ibu..maafkan Asih…maafkanlah anakmu…hukumlah Asih yang sudah durhaka dengan Ibu…,tolonglah lepaskan dari sakit ini…Asih sudah tidak kuat lagi menahannya…” tangis Asih sambil merintih.
Masih teringat caci maki Asih kepadanya, rasanya luka itu belum kering …berat sekali untuk memaafkan anak yang sebenarnya amat dicintai, tetapi naluri keibuannya tidak tega melihat derita anaknya yang dari kecil ditimang dan disayang berubah menjadi monster yang mengerikan dan bau busuk!
“Ampuni Asih Ibu, ampuni…” raung Asih dan memeluk ibunya.
Kedua ibu dan anak saling berpelukan, dan ajaib air mata yang mengalir deras dari mata Ibu larsih menghilangkan borok-borok sang permaisuri. ”Asih sangat menyesal Ibu…”
“Ibu sudah memaafkanmu anaku…”
Tetapi sayang sekali Ibu Larsih meninggal seketika itu juga dipelukan putrinya, segala sesal tinggalah sepenggal sesal…Asih terlambat untuk membalas segala pengorbanan ibu yang telah melahirkan dan membesarkannya. Kasih seorang ibu memang tak terhinga sepanjang masa dan jika memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia. (oleh kak Nenny : Sorga ada ditelapak kaki ibu, ditulis saat hari Ibu…Selamat Hari Ibu!

Jumat, 15 Oktober 2010